Jumat, 20 November 2009

Coretan di dinding kusam..


Masih hujan, rintik itu masih mengaliri kerongkongan bumi. entah mengapa, pikiranku terbang, seolah menterjemahkan kode yang tak biasa dimengerti manusia. anak itu ! anak kecil yang masih memandangku pucat pasi seperti memojokanku dengan pandangannya yang dingin. aku sedang terdiam dipojok ruangan ini tapi entah, dia diam tertunduk serta menyorotkan matanya kepadaku, memandang sinis, pucat pasi, dingin. Aah ! khayalku mulai bermain, sesekali angin menggelitiku dan hilang membuat dingin merayap ke bahuku.

masih ! hujan masih membuat gemuruh atap seng itu, aku masih terlelap dalam ke nina - boboan dunia ini, seakan akan hujanpun ikur melemparku masuk kedalam jurang pelik hidup ini. Ah ! apa sih ! masih saja terpaku dalam kata - kata aneh yang membingungkan. stop thingkin' bout it !

otakku mulai dijejali lagi. penuh memikirkan hal hal ini. jadwal, tugas ini itu, dan segudang aktivitas yang lain.. oh no ! apa yang terjadi? kemana waktu untukku? untuk berhenti? sedang gitar dipojok sana tak menjawab, bahkan tak menyapa pikiran kusut ini, apakah tau? masih bayangan - bayangan aneh berkelebat, mondar mandir tanpa permisi, loncat tak karuan, mencaci dan mungkin menertawakanku. ya.. ya.. ya.. mungkin terlalu salah untuk berdiam, tapi.. takkan mengurungkan niat berbicara tanpa bahasa. entah, tak terpikir untuk mengungkapkannya. lelah pastinya, but just enjoy this moment.

Ah ! alexandria, mesir, jerman atau negeri sakura kah yang harus aku datangi untuk mencarimu ?

terlalu rumit sobat ! terlalu sulit untuk aku uraikan seperti bubuk - bubuk merica yang spontan membuat kita bersin. aku telah membuat simpul - simpul mati ! tak pernah terpikir jika semua tali yang membelit ini aku potong dan aku sambungkan satu persatu lalu meregangkannya kembali. terlalu lama ! mungkin yang aku butuhkan hanya sesekali berhenti.

aku kembali tersadar dari lamanya lamunan yang membuat penat. adikku, melihatku dari pintu yang tak ku tutup rapat. lalu pergi dan menutup pintu kamarku dengan sempurna, mungkin mengerti betapa aku membutuhkan waktu untuk kesendirian ini.
Semilir angin masuk lewat jendela berbentuk persegi. kusimbahkan tirainya. bunga bakung, objek pertama untuk menghangatkan suasana dingin ini. setidaknya cuaca sore ini masih bisa membuatku tersenyum. untuk memaknai hidup.